Rabu, 08 Juni 2016

Sejarah Malang: Khasanah Tinggalan Budaya Indis di Malang (8)

Khasanah Tinggalan Budaya Indis di Malang (8)
Oleh:
Drs. M. Dwi Cahyono, M.Hum
(Universitas Negeri Malang)

1.2. Kompleks SMU Alon-alon Tugu

Visi pengembangan Kota Malang tertuang dalam sasanti berbunyi “Tri Bina Cita Kota Malang”, yang terdiri atas: (1) Malang Kota Pendidikan, (2) Malang Kota Pariwisata, dan (3) Malang Kota Industri. Visi Kota sebagai Kota Pendidikan punya cukup alasan. Oleh karena semenjak masa Pemerintahan Hindia-Belanda (Nederlandsche-Indie), Kota Malang telah tampil sebagai sentra pendidikan yang penting di wilayah Jawa Timur.


Di dalam buku Het Zilveren Jubileum der Stadsgemeente Malang 1914 – 1939 disebukan bahwa ketika Kotapraja (Gemeente) Malang didirikan (1914) baru terdapat beberapa buah sekolah, yaitu 1 buah Openbare Muloschool, 3 buah Europeeshe Lagere Scholen, 1 buah Hollandsch Chinese School, dan 3 buah Inlands Scholen der 2e Klase. Pada tahun-tahun sesudahnya, menyusul segera beberapa sekolah lainnya, baik pada lingkungan Gouvernement schollen sejumlah 16 buah, Neutraalonderwijs sebanyak 6 buah, Gemeentelijke Inlandsche Lagere Scholen sejumlah 12 buah, Protestansch Christelijk Onderwijs 7 buah, Scholen der Eerw. Zusters Ursulinen 7 buah, Fraterscholen 3 buah, ataupun Scholen der Carmelstichting se-jumlah 3 buah.

Salah satu diantara sekolah-sekolah yang berada di lingkungan Gouvernement-scholen itu adalah Alegemeene Middelbare School (AMS), yang memiliki lokasi amat baik, yaitu berada di sisi utara dan sekaligus berorientasi ke arah Alon-Alon Bunder (J.P. Coen Plein), kini bernama Jl. Suropati. Di samping gedung sekolah AMS/HBS, di kawasan J.P. Coen Plein berdiri Lyccum Filiaal dan Chr. Internaat w. Leerl V. Midd. Shool. Kota Praja Malang mengancangkan pendirian AMS dan HBS (Hoogere Burger School) pada tahun 1920. Namun cita-cita ini baru bisa direalisasikan pada 1927, tepatnya dibuka pada 1 Juli 1927 (Widodo, 2006, jilid II;2) – menurut Handinoto & Soebargo (1996:155) baru rampung dibangun tahun 1931. Masa pembangunannya hampir bersamaan dengan pembangunan gedung Balai Kota Malang (1927-1929). Dengan demikian, bangunan ini termasuk dalam kelompok arsitektur Kota Malang yang dibangun antara tahun 1916-1940.

Bangunan seolah AMS dan HBS  adalah buah rancang  Ir. W. Lemei,  yang kala
Itu mengepalai  Jawatan Gedung Negara (Landsgebouwendienst)  di Propinsi Jawa Timur.

Dalam majalah Locale Techniek No. 3 (hal. 68, bab VIII), antara lain dikemukakan bahwa Balai Kota Malang dan sekolah AMS/HBS  yang terletak di lapangan  J.P. Coen perlu dicatat tersendiri,  karena keberhasilannya.  Sebagai bangunan  yang didirikan  pasca 1920-an, AMS/HBS  merupakan perwujudan arsitektural  yang lebih  mengutamakan  aspek fungsional, sehingga dapat digolongkan sebagai arsitektur Indis modern. Gaya bangunannya yang
berasal dari Eropa telah disesuikan dengan iklim setempat, bahan bangunan yang tersedia maupun teknologi bangunan yang ada. Yang menarik agar tak terkesan sebagai bangunan pesaing bagi Balai Kota, maka gedung AMS dan HBS dibuat dengan karakter menyerupai villa.

HBS dan AMS menempati sebuah lahan. Sebenarnya, semula di lahan ini hanya
akan didirikan HBS. Namun karena berbagai alasan, maka kemudian dirancang untuk dua sekolah sekaligus. Pada lahan ini, justru HBS memiliki kapasitas yang lebih kecil daripada AMS. Kini, kompleks eks sekolahan HBS dan AMS dimanfaatkan untuk 3 buah sekolahan, yaitu SMU 1, SMU 3 dan SMU 4 Kota Malang, yang ketiganya kini lazim dinamai Kompleks Sekolah Alon-Alon Bunder atau Kompleks Sekolah SMU Tugu.

Bentuk lahan tempat berdi-rinya sekolah AMS dan HBS terbilang tidak simetris. Namun demikian, Lemei menatanya sedemikian rupa agar terkesan simetri. Arsitektur yang ada merupakan kombinasi antara bangunan berlatai satu dan dua. Gedung yang berada di tengah berlantai satu. Sementara, tiga gedung lain yang berada di belakangnya, yang dimafaatkan untuk ruang kelas, labora-torium, ruang gambar, toiltet dsb., dibuat berlantai dua. Antar gedung dihubungkan dengan galeri dan bangunan tempat sepeda yang lebih rendah. Pada bagian muka terdapat aula, ruang direktur sekolah, ruang guru, perpustakaan, ruang baca, dsb. Aula yang dapat pula difungsikan sebagai gedung olah raga tertutup (gymnasium) merupakan bagian bangunan yang digunakan secara bersama, baik oleh HBS maupun AMS.

Batas antar ruang dibuat dengan sistem partisi, dengan maksud supaya mudah untuk dipindah-pindahkan. Pada setiap ruang kelas terdapat lambrisering, yang dipasang di tembok setinggi 2 meter guna pemasangan gambar atau untuk keperluan lainnya. Untuk mencegah agar sinar matahari dan tampias air hujan tak masuk secara langsung ke dalam kelas dan ruang-ruang lainnya, utamanya untuk gedung yang denahnya mengarah timur-barat, dipasang galeri yang cukup lebar di muka atau di belakang deretan ruang tersebut.

Bentuk atap bangunan dibuat menonjol dengan bahan sirap kayu besi (ulin). Sementara, atap tempat sepeda dibuat mendatar, dengan bahan berasal dari American Sheet and Tin Plate Company. Lantai aula/gymnasium dan tangga berbahan kayu marbau keras. Dinding bangunan berbahan bata berplester dengan cat warna putih. Tangga dicat merah kecoklatan, tempat sepeda dicat coklat dan oranye gelap. Sedangkan talang dicat dengan warna biru tua. Kombinasi warna yang demikian menumbuhkan kesan segar dan gembira di antara hijau taman sekitarnya. Secara keseluruhan, gedung sekolah ini tampil sebagai bangunan yang modern pada masanya, dimana penyelesaian detail dan ragam hias ter-bebas dari ukiran dan finishing yang rumit.


Fungsi pokok dan bentuk dasar bagunan relatif tak berubah dari masa ke masa, yaitu sebagai gedung sekolah. Semula sebagai gedung AMS dan HBS, dan kini menjadi gedung SMU 1, 3 dan 4. Kendati demikian pada Masa Pendudukan Bala Tentara Jepang, untuk sementara waktu gedung ini pernah dipergunakan sebagai tempat inteneering bagi para tahanan Belanda. Bahkan, di gedung ini pula berlangsung penyiksaan, sebagaimana terbukti dari adanya bercak darah di lantai galeri, yang masih berbekas hingga kini. Fungsi sisipan ini tidak mengubah citra umumnya sebagai gedung sekolah tingkat menengah atas yang ternama di Kota Malang dari dulu hingga kini.

Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2008/10/27/22290796/khasanah.tinggalan.budaya.indis.di.malang.7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar