Khasanah Tinggalan
Budaya Indis di Malang (8)
Oleh:
Drs. M. Dwi Cahyono,
M.Hum
(Universitas Negeri
Malang)
1.2. Kompleks SMU
Alon-alon Tugu
Visi pengembangan Kota
Malang tertuang dalam sasanti berbunyi “Tri Bina Cita Kota Malang”, yang
terdiri atas: (1) Malang Kota Pendidikan, (2) Malang Kota Pariwisata, dan (3)
Malang Kota Industri. Visi Kota sebagai Kota Pendidikan punya cukup alasan.
Oleh karena semenjak masa Pemerintahan Hindia-Belanda (Nederlandsche-Indie),
Kota Malang telah tampil sebagai sentra pendidikan yang penting di wilayah Jawa
Timur.
Di dalam buku Het
Zilveren Jubileum der Stadsgemeente Malang 1914 – 1939 disebukan bahwa ketika
Kotapraja (Gemeente) Malang didirikan (1914) baru terdapat beberapa buah
sekolah, yaitu 1 buah Openbare Muloschool, 3 buah Europeeshe Lagere Scholen, 1
buah Hollandsch Chinese School, dan 3 buah Inlands Scholen der 2e Klase. Pada
tahun-tahun sesudahnya, menyusul segera beberapa sekolah lainnya, baik pada
lingkungan Gouvernement schollen sejumlah 16 buah, Neutraalonderwijs sebanyak 6
buah, Gemeentelijke Inlandsche Lagere Scholen sejumlah 12 buah, Protestansch
Christelijk Onderwijs 7 buah, Scholen der Eerw. Zusters Ursulinen 7 buah,
Fraterscholen 3 buah, ataupun Scholen der Carmelstichting se-jumlah 3 buah.
Salah satu diantara
sekolah-sekolah yang berada di lingkungan Gouvernement-scholen itu adalah
Alegemeene Middelbare School (AMS), yang memiliki lokasi amat baik, yaitu
berada di sisi utara dan sekaligus berorientasi ke arah Alon-Alon Bunder (J.P.
Coen Plein), kini bernama Jl. Suropati. Di samping gedung sekolah AMS/HBS, di
kawasan J.P. Coen Plein berdiri Lyccum Filiaal dan Chr. Internaat w. Leerl V.
Midd. Shool. Kota Praja Malang mengancangkan pendirian AMS dan HBS (Hoogere
Burger School) pada tahun 1920. Namun cita-cita ini baru bisa direalisasikan
pada 1927, tepatnya dibuka pada 1 Juli 1927 (Widodo, 2006, jilid II;2) –
menurut Handinoto & Soebargo (1996:155) baru rampung dibangun tahun 1931.
Masa pembangunannya hampir bersamaan dengan pembangunan gedung Balai Kota
Malang (1927-1929). Dengan demikian, bangunan ini termasuk dalam kelompok
arsitektur Kota Malang yang dibangun antara tahun 1916-1940.
Bangunan seolah AMS dan
HBS adalah buah rancang Ir. W. Lemei,
yang kala
Itu mengepalai Jawatan Gedung Negara
(Landsgebouwendienst) di Propinsi Jawa
Timur.
Dalam majalah Locale
Techniek No. 3 (hal. 68, bab VIII), antara lain dikemukakan bahwa Balai Kota
Malang dan sekolah AMS/HBS yang terletak
di lapangan J.P. Coen perlu dicatat
tersendiri, karena keberhasilannya. Sebagai bangunan yang didirikan pasca 1920-an, AMS/HBS merupakan perwujudan arsitektural yang lebih
mengutamakan aspek fungsional,
sehingga dapat digolongkan sebagai arsitektur Indis modern. Gaya bangunannya
yang
berasal dari Eropa
telah disesuikan dengan iklim setempat, bahan bangunan yang tersedia maupun
teknologi bangunan yang ada. Yang menarik agar tak terkesan sebagai bangunan
pesaing bagi Balai Kota, maka gedung AMS dan HBS dibuat dengan karakter
menyerupai villa.
HBS dan AMS menempati
sebuah lahan. Sebenarnya, semula di lahan ini hanya
akan didirikan HBS.
Namun karena berbagai alasan, maka kemudian dirancang untuk dua sekolah
sekaligus. Pada lahan ini, justru HBS memiliki kapasitas yang lebih kecil
daripada AMS. Kini, kompleks eks sekolahan HBS dan AMS dimanfaatkan untuk 3
buah sekolahan, yaitu SMU 1, SMU 3 dan SMU 4 Kota Malang, yang ketiganya kini
lazim dinamai Kompleks Sekolah Alon-Alon Bunder atau Kompleks Sekolah SMU Tugu.
Bentuk lahan tempat
berdi-rinya sekolah AMS dan HBS terbilang tidak simetris. Namun demikian, Lemei
menatanya sedemikian rupa agar terkesan simetri. Arsitektur yang ada merupakan
kombinasi antara bangunan berlatai satu dan dua. Gedung yang berada di tengah
berlantai satu. Sementara, tiga gedung lain yang berada di belakangnya, yang
dimafaatkan untuk ruang kelas, labora-torium, ruang gambar, toiltet dsb.,
dibuat berlantai dua. Antar gedung dihubungkan dengan galeri dan bangunan
tempat sepeda yang lebih rendah. Pada bagian muka terdapat aula, ruang direktur
sekolah, ruang guru, perpustakaan, ruang baca, dsb. Aula yang dapat pula
difungsikan sebagai gedung olah raga tertutup (gymnasium) merupakan bagian
bangunan yang digunakan secara bersama, baik oleh HBS maupun AMS.
Batas antar ruang
dibuat dengan sistem partisi, dengan maksud supaya mudah untuk
dipindah-pindahkan. Pada setiap ruang kelas terdapat lambrisering, yang
dipasang di tembok setinggi 2 meter guna pemasangan gambar atau untuk keperluan
lainnya. Untuk mencegah agar sinar matahari dan tampias air hujan tak masuk
secara langsung ke dalam kelas dan ruang-ruang lainnya, utamanya untuk gedung
yang denahnya mengarah timur-barat, dipasang galeri yang cukup lebar di muka
atau di belakang deretan ruang tersebut.
Bentuk atap bangunan
dibuat menonjol dengan bahan sirap kayu besi (ulin). Sementara, atap tempat
sepeda dibuat mendatar, dengan bahan berasal dari American Sheet and Tin Plate
Company. Lantai aula/gymnasium dan tangga berbahan kayu marbau keras. Dinding
bangunan berbahan bata berplester dengan cat warna putih. Tangga dicat merah
kecoklatan, tempat sepeda dicat coklat dan oranye gelap. Sedangkan talang dicat
dengan warna biru tua. Kombinasi warna yang demikian menumbuhkan kesan segar
dan gembira di antara hijau taman sekitarnya. Secara keseluruhan, gedung
sekolah ini tampil sebagai bangunan yang modern pada masanya, dimana
penyelesaian detail dan ragam hias ter-bebas dari ukiran dan finishing yang
rumit.
Fungsi pokok dan bentuk
dasar bagunan relatif tak berubah dari masa ke masa, yaitu sebagai gedung
sekolah. Semula sebagai gedung AMS dan HBS, dan kini menjadi gedung SMU 1, 3
dan 4. Kendati demikian pada Masa Pendudukan Bala Tentara Jepang, untuk
sementara waktu gedung ini pernah dipergunakan sebagai tempat inteneering bagi
para tahanan Belanda. Bahkan, di gedung ini pula berlangsung penyiksaan,
sebagaimana terbukti dari adanya bercak darah di lantai galeri, yang masih
berbekas hingga kini. Fungsi sisipan ini tidak mengubah citra umumnya sebagai
gedung sekolah tingkat menengah atas yang ternama di Kota Malang dari dulu
hingga kini.
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2008/10/27/22290796/khasanah.tinggalan.budaya.indis.di.malang.7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar