Khasanah Tinggalan
Budaya Indis di Malang (7)
Oleh:
Drs. M. Dwi Cahyono,
M.Hum
(Universitas Negeri
Malang)
2. Kawasan Ijen
Boulevart
Pembangunan Ijen
Boulevart serta daerah di sekitarnya
yang mengambil nama-nama jalan
dari nama gunung (Bergenbuurt) bertepatan dengan pengembangan perluasan kota
(Bouwplan) VI, yang dimulai tahun pada 1924/1925 hingga jelang Masa Pendudukan
Jepang. Lokasinya pada bagian barat Kota Malang, yang topografinya lebih tinggi
daripada daerah lainnya. Oleh karena itu sesuai bila diperuntukan bagi
perumahan golongan Eropa kelas menengah ke atas, dengan rumah-rumah bertipe
villa. Perluasan kota ke arah barat ini didasari pertimbangan akan meningkatnya
jumlah warga Eropa yang bermukim di Kota Malang. Antara tahun 1920-1930 jumlah
mereka meningkat 100% (tahun 1920 berjumlah 3.504 jiwa, tahun 1930 menjadi
7.463 jiwa).
Perluasan ke arah timur
telah dilakukan hingga dua tahap (Bouwplan I dan II), dan sukar untuk
dikembangkan lagi lebih ke timur, sebab terpotong oleh aliran Brantas dan Bango
serta adanya Bukit Buring (disebut juga Gunung Malang) yang membentang
utara-selatan. Kawasan Ijen Boulevart dan sekitarnya bisa dihubungkan dengan
kawasan sekitar Alon-alon Bunder dengan jalan poros timur - barat, yang
terbentang dari Stasiun KA Kota Baru melintasi jembatan Brantas, memotong
Kayutanganstraat, dilanjutkan ke arah barat melewati Semeroestraat, dan
berakhir di Seemroeplein. Disamping itu, kawasan ini dapat diakseskan ke
Alon-alon Kotak lewat daerah Taloon dan Kawistraat. Dengan jaringan jalan yang
demikian, maka kawasan ini memiliki akses, baik ke Alon-alon Kotak sebagai pusat
Kabupaten Malang ataupun ke Alon-alon Bunder sebagai pusat Gemeente Malang.
Jalan utama di kawasan
ini adalah jalan besar Ijen, yang membujur utara-selatan, dalam bentuk jalan
kembar yang dibadian tengahnya diberi pembelah jalan bertaman serta deretan
pohon palem pada jalur pejalan kaki di kanan kiri jalan. Pada setiap
perpotongan jalan dibuat taman-taman kota dan di tempat-tempat tertentu
dilengkapi dengan hutan kota, baik yan berfungsi untuk menambahkan keindahan
kawasan, paru-paru kota maupun dae-rah resapan. Selain itu, kawasan ini
dilengkapi dengan tempat perbadatan, yaitu Katedral Santa Theresia
(Theresiakerk). Peletakan batu pertama pada 11 Februari 1934 dan dires-mikan
pada 28 Oktober 1934 untuk dipersembahkan kepada Santa Theresia.
Kini gereja ini populer
dengan nama “Gereja Ijen”. Perancangnya adalah Biro Arsitek Rijksen en
Estorgie. Letak bangunan pada sisi timur Ijen Boulevart dan sekaligus berada di
depan Boeringplein, sehingga terdapat ruang luar yang cukup besar di depan
gereja. Selain itu terdapat Gereja Katolik Jawa (sekarang Gereja Kristen Kalam
Kudus) di Semeroestraat, yang dibangun ta-hun 1929. Bagunan peribadatan lain
adalah tempat peribadatan untuk aliran kepercayaan Moconnieke Loge yang
terletak di Tjermeplein (kemudian menjadi gedung Radio Republik Indonesia,
lantas jadi Hotel Grahacakra) yang bercorak arsitektur modern.
Selain tempat
peribadatan, kawasan ini juga dilengkapi dengan sekolah-sekolah, antara lain
adalah Sekolah Dasar berbahasa Belanda (HIS) di Semeroestraat (1926) serta
Sekolah Dasar “Ongko Loro (Inlandsche School ze Klasse)” di Betek (1930) yang
kini po-puler dengan sebuan “SD Sang Timur”. Selain itu terdapat pula Taman
Kanak-kanak (Fro-belschool) dan Sekolah Dasar St. Ursula di Jalan Panderman.
Lembaga pendidikan lebih tinggi adalah AMS St. Albertus di Talangstraat (1936),
yang kemudian populer dengan se-butan “SMU Dempo”.
Untuk keperluan
rekreatif, kawasan ini diperlengkapi dengan lapangan olah raga. Pada tahun 1924
dibangun lapangan olah raga di sekitar Semeroestraat yang besar sekali menurut
ukuran jamannya, terdiri atas stadion, lapangan hocky, sebuah buah lapangan
se-pak bola, sebilan buah lapangan tennis, kolam renang dan sebuah club house.
Pada waktu yang lebih kemudian (1935) dibangun arena pacuan kuda untuk kalangan
Belanda. Arealnya antara Gereja Ijen hingga Jl. Badung sekarang (Kini sebagian
menjadi kompleks Politeknik Kesehatan Malang).
Di depan pintu masuk
menuju ke arena pacuan kuda terdapat persimpangan jalan, yang kini populer
dengan sebutan “Simpang Balapan”. Salah satu ruas jalan di kawasan ini,
tepatnya di Salakstraat, pada tanggal 31 Juli 1937 menjadi ajang pertempuran
yang amat heroik melawan pasukan Belanda, yang dimotori oleh Tentara Pelajar
Indonesia (TRIP), yang kini diandai dengan adanya Makam Pahlawan dan Monumen
Trip pada seberang barat gereja Ijen. Demikianlah, pada masa lalu kawasan Ijen
pernah menjelma menjadi kawasan elit. Kondisi yang demikian belum banyak
berubah hingga kini, kendati banyak arsitektur bergaya Indis di kawasan ini yang
kini telah mengalami renovasi, bahkan penyirnaan untuk digantikan dengan
bangunan yang baru sama sekali.
3. Gedung Frateran
Sebagaimana dipaparkan
di atas, antara tahun 1914 – 1939 di Kota Malang seti-daknya terdapat 3 buah
sekolah yang bernaung di bawah Fraterscholen, yaitu: (1) Legere School der
Fraters van O.L. Vrouw van’t Heilig Hart di Celaket, (2) Internaat voor Jongens
der Fraters van O.L. Vrouw van’t Heilig Hart di Celaket, maupun (3) R.K.
Muloschool “St. Franciscus Xaverius” Oro-Oro Dowo. Sebagaimana halnya para
frater, para suster pun ikut mendirikan lembaga pendidikan yang lokasinya tidak
jauh dari Gedung Frateran. Semula gedung ini digunakan sebagai lembaga
pendidikan guru (Kloosterschool Zuster Ursulinen) Santo Agustinus, yang
semenjak 15 Juli 1951 berganti nama menjadi SMA Cor Jesu. Lem-baga pendidikan
yang dikelola oleh para frater dan suster di Malang itu merupakan sekolah
non-pemerintah, yang bernaung di bawah institusi keagamaan Katolik. Sejalan
dengan itu, institusi Protestan tak ketinggalan untuk turut bergerak di
lapangan pendidikan. Bahkan di Kota Malang terdapat tak kurang dari tujuh
sekolah yang dikelola oleh institusi Protestan.
Gedung sekolah dan
biara bagi para frater “Bunda Hati Kudus” di Claket (kini Jln. Jaksa Agung
Suprapto 20 di seberang timur Bantas) adalah contoh arstektur Indis di Kota
Malang yang tergolong sebagai heritage yang masih lestari. Seni bangun artistik
yang ter-golong sebagai arsitektur kolonial modern ini adalah karya arsitek
swasta pada biro arsitek NV. Architecten-ingenieursbureaw Hulswit en Fermont te
Welteureden en Ed. Cuypers dari Batavia, dibangun pada tahun 1926. Turut
berjasa dalam proses pendirian lembaga pendidikan Katolik di Malang adalah
uskup Mgr. Staal, yang pada 8 Februari 1900 menyatakan keinginan untuk
mendirikan sekolah dan biara di Malang. Setelah berdiri, biara dan sekolah
Frateran ditempatkan di bawah “Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus Propinsi
Indonesia”, yang didirikan oleh Frater Mgr. Andreas Ignatius Schaepman dan
diresmikan di Utrect pa-da 13 Agustus 1873. Pada Masa Clash I, tepatnya tahun
1947, sebagaimana nasib 1000 bangunan Indis lainnya di Malang, gedung Frateran
yang strategis letaknya tak luput dari pembakaran oleh para pejuang RI guna
menghidari pengambilanalihan bangunan oleh pa-sukan Belanda yang hendak
mema-suki Kota Malang.
Sesuai dengan fungsinya
sebagai sekolah dan sekaligus biara, gedung berlantai dua yang berbentuk landam
kuda (seperti huruf “U”) ini dilengkapi dengan asrama bagi pa-ra frater, kapel,
dapur dan ruang makan, perpustakaan, kantor, beranda, dsb. Pada bagian tengah
halaman gedung yang luas dan asri didirikan patung Yesus Kristus menghadap ke
arah timur, yaitu ke arah kapel yang terletak di lantai dua sisi timur. Pintu
dan cendela ka-pel dilengkapi dengan kaca fresco warna-warni, sehingga berkas
cahaya yang masuk ke dalam ruangan menjadi temaram indah. Dinding sisi luar
Gedung Frateran dibuat bergaris-garis menyerupai tatanan bata merah seperti
halnya kebanyakan bangunan di Eropa pada jamannya. Lantai bangunan dari tegel
warna dan tegel hias, yang sebagaian besar darinya masih terpasang. Demikian
pula, mebelair, lukisan dan perangkat rumah lama lainnya juga masih terawat
dengan baik. Seperti kebanyakan bangunan Indis di Kota Malang yang diba-ngun
tahun 1920 - 1930-an, atap Gedung Frateran juga memiliki bentuk yang menonjol.
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2008/10/24/06325234/Khasanah.Tinggalan.Budaya.Indis.di.Malang.7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar