PERSEPSI
GURU DAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS PADA
KURIKULUM 2013
Agus Purnomo Ahmad Putikadyanto1
Endah Tri Priyatni2
Kusubakti Anjani3
Universitas Negeri
Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145
Email: aguspurnomo.ap2@gmail.com
ABSTRAK: Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru dan siswa terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data kuesioner. Hasil
penelitian ini adalah persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran berbasis
teks secara keseluruhan baik, dengan catatan penyerapan siswa SMP dan SMA masih
rendah serta penyerapan dan pemahaman guru SMK terhadap pembelajaran berbasis
teks juga masih rendah.
Kata kunci:
persepsi guru, persepsi siswa, bahasa Indonesia, pembelajaran berbasis teks,
kurikulum 2013
Kurikulum menurut definisi UU No.
20 tahun 2003 merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kgiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Definisi tersebut menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di Indonesi saat
ini karena memuat dua cakupan yang tepat, yakni tujuan, isi, bahan pelajaran,
serta rambu-rambu pengimplementasian atau cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Kurikulum formal dan tertulis merupakan syarat mutlak bagi
pendidikan di sekolah (Priyatmi, 2014:1). Sekolah atau lembaga pendidikan harus
mempunyai kurikulum supaya dapat disebut “sekolah”. Kurikulum tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan dan pembelajaran.
Di Indonesia belum lama ini
terjadi pergantian kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013
diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif, interaktif, dan siswa
lebih terlibat dalam proses pembelajaran sehingga dapat menghasilkan sumber
daya manusia berkualitas yang mampu membawa masyarakat, bangsa, dan negara ke
arah yang lebih baik. Perubahan kurikulum diharapkan dapat menyelesaikan
berbagai permasalahan yanng sering dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini.
Kurikulum
2013 pada dasarnya menekankan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut tampak pada karakteristik yang ada
pada kurikulum 2013. Sepintar dan seterampil apapun siswa kalau tidak memiliki
sikap spiritual dan sosial yang bagus juga tidak baik sehingga kepintarannya
bisa disalahgunakan untuk membohongi orang lain. Kurikulum 2013 bertujuan mulia
dengan berusaha untuk menghindari hal tersebut. Karakteristik tersebut senada
dengan tujuan Kurikulum 2013 berdasarkan permendikbud No. 58 tahun 2014, yaitu untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
Pada
kurikulum 2013, pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia berbasis teks.
Artinya, mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan teks sebagai sarana
pembelajaran. Perbedaan paling mencolok inilah yang dirasakan guru dan siswa.
Apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik akan menimbulkan
berbagai masalah pada implementasinya. Guru dan siswa dituntut cepat
beradaptasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Jenis teks yang
digunakan dalam pembelajaran beragam bergantung tingkat/ jenjang pendidikan,
kelas 1, 2, atau 3, SMP/MTs atau SMA/MA/SMK. Setiap jenis teks memiliki
struktur isi, jenis kebahasaan, tujuan sosial yang berbeda. Di sinilah peran
guru dibutuhkan untuk memahami setiap karakteristik teks karena akan
berpengaruh pada penyampaian pembelajaran di kelas. Bagaimana siswa bisa paham
pelajaran apabila gurunya saja belum paham dengan materi yang diajarkan?
Kurikulum
baru tentu membutuhkan waktu untuk penyesuaian (adaptasi), begitu pula dengan
kurikulum 2013. Penyesuaian kurikulum 2013 membutuhkan proses. Hal ini senada
dengan pendapatnya Lie (Kompas, 5 Desember 2012) bahwa keberhasilan suatu
kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan
dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan
pendidik dan tenaga kependidikan serta sarana dan prasarana, tata kelola
pelaksanaan kurikulum, termasuk pembelajaran, dan penilaian pembelajaran dan
kurikulum. Normal apabila dalam proses terdapat berbagai
permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan proses penyesuaian. Akan tetapi
permasalahan-permasalahan yang terjadi haruslah dalam taraf yang wajar dan yang
paling penting harus segera dicari jalan keluarnya.
Semua
pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 mulai jenjang sekolah dasar (SD)
sampai dengan sekolah menengah atas (SMA) berbasis teks (Mahsun, 2013). Dengan
berbasis teks, siswa menggunakan bahasa tidak saja hanya dijadikan sebagai
sarana komunikasi, tetapi sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir. Oleh
karena itu, pembelajaran berbasis teks ini perlu dipahami oleh pemerhati
pengajaran bahasa Indonesia, baik guru bahasa Indonesia, mahasiswa, dan
pihak-pihak yang terkait.
Istilah
pembelajaran berbasis teks dapat dipahami dari masing-masing katanya. Menurut
KBBI kata “basis” berarti dasar atau asas. Kata dasar apabila dirunut lagi diartikan
alas atau fondasi; pokok atau pangkal suatu pendapat, aturan, atau ajaran.
Kata
“asas” diartikan dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis teks dapat
dinyatakan pembelajaran yang menjadikan teks sebagai dasar, asas, pangkal, dan
tumpuan.
Pengertian
teks pada kurikulum 2013 sedikit berbeda dengan yang sudah kita kenal selama
ini. Dalam kurikulum 2013 teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis.
Menurut Mahsun (2013) teks itu adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap
yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya. Teks dibentuk oleh konteks situasi
penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register atau ragam bahasa yang melatarbelakangi
lahirnya teks tersebut. Maryanto (dalam Sufanti:38) juga menyatakan bahwa yang
dimaksud teks dalam Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal
seperti gambar. Kim
dan Gilman (dalam Sufanti: 38) juga membedakan teks dengan istilah visual text dan spoken text. Pengertian inilah yang tergambar dalam Kurikulum 2013.
Pembelajaran
bahasa Indonesia berbasis teks menurut Mahsun (dalam Maryanto dkk, 2013:v)
dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang
sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2)
penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentukbentuk kebahasaan untuk
mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa
yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang
digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4)
bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.
Perlu
disadari bahwa setiap teks memiliki struktur tersendiri yang berbeda satu sama
lain. Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan
demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula
struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan
akademiknya. Dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu
pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan,
menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai.
Permasalahan-permasalahan
yang muncul pada kurikulum 2013 dicari penyebabnya dahulu supaya dapat dicari solusi/jalan
keluar yang tepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara mencari
tahu persepsi guru dan siswa terhadap kurikulum 2013, khususnya pembelajaran
bahasa Indonesia berbasis teks. Persepsi guru dann siswa tersebut dikumpulkan
dan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui permasalahan-permasalahan yang
muncul. Selanjutnya setelah diketahui permasalahan-permasalahan yang muncul,
dipilih solusi yang paling tepat supaya pembelajaran berjalan dengan optimal.
Pembelajaran mempunyai kaitan
dengan persepsi. Ada berbagai peristiwa psikologis yang terjadi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, salah satunya adalah persepsi. Slameto (2003: 102)
berpendapat bahwa persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi inilah manusia terus-menerus
berhubungan dengan lingkungannya melalui pancaindra.
Berndhardt (2012) menyebutkan
bahwa kata persepsi memiliki kaitan dengan observasi dan opini yang definisinya
meliputi: a view; pandangan, penghakiman atau penilaian yang terbentuk
di pikiran mengenai suatu permasalahan tertentu; a belief; sebuah
keyakinan yang lebih banyak bersumber dari kesan yang diterima dibanding dari
pengetahuan yang dimiliki; a generally held view; hasil pandangan secara
sekilas; a formal expression of judgement or advice; ekspresi dari
sebuah penghakiman atau nasihat; a judgment one holds as true; sebuah
penghakiman yang dianggap sebagai kebenaran.
Dari berbagai pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan atau pendapat yang merupakan
proses individu untuk menerima atau mengetahui suatu hal melalui pancaindra kemudian
diorganisasi, diinterpretasi, dan dievaluasi, sehingga diperoleh makna (arti)
tentang sebuah objek. Persepsi dapat muncul apabila memenuhi syarat-syarat
terjadinya persepsi (Walgito, 2010: 101), yaitu:
a. ada
objek yang dipersepsikan;
b. alat
indra atau reseptor;
c. perhatian
Untuk mengetahui persepsi
seseorang sehingga dapat dikategorikan ke dalam emosi positif atau emosi
negatif, dapat dilihat dari beberapa indikator. Bimo Walgito (melalui
Wulandari, 2012: 12) menyampaikan tiga indikator persepsi yakni sebagai
berikut.
1. Penyerapan
terhadap stimulus atau objek dari luar individu.
Objek atau stimulus tersebut
diserap oleh pancaindra kemudian dari hasil penyerapan tersebut akan didapat
gambaran, tanggapan dan kesan di dalam otak.
2. Pengertian
atau pemahaman
Setelah terjadi gambaran atau
kesan di dalam otak, gambaran-gembaran dan kesan-kesan tersebut diorganisir,
diklasifikasikan, dibandingkan, dan diinterpretasikan sehingga terbentuk
pengertian atau pemahaman. Pengertian yang terbentuk tergantung pada
gambaran-gambaran lama yang sebelumnya telah dimiliki individu (disebut juga
apersepsi).
3. Penilaian
atau evaluasi.
Setelah terbentuk pengertian atau
pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan
pengertian atau pemahaman baru tersebut dengan kriteria atau norma yang
dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun
objeknya sama, karena itulah persepsi bersifat individual.
Persepsi seseorang dapat
diketahui setidaknya dari tiga indikator tersebut. Indikator-indikator tersebut
dijadikan landasan bagi perumusan instrumen yang akan digunakan dalam
pengambilan data penelitian ini. Dengan demikian akan diperoleh deskripsi
persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks
dan dapat dikategorikan ke dalam kategori positif dan negatif.
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada kurikulum 2013 dan mendeskripsikan
persepsi siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada
kurikulum 2013. Dari persepsi guru dan siswa tersebut diharapkan
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
pembelajaran berbasis teks pada kurikulum 2013 dapat diketahui.
METODE
Metode
penelitian merupakan suatu teknik atau cara ilmiah untuk mencari, memperoleh,
mengumpulkan, atau mencatat data yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun
suatu penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui persepsi guru dan siswa terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks.
Populasi
pada penelitian ini adalah guru dan siswa SMAN 3 Malang, SMK 7 PGRI Malang, dan
SMPN 3 Malang. Pemilihan sekolah-sekolah tersebut sebagai populasi karena
dirasa dapat mewakili dari sekolah-sekolah yang lain. SMAN 3 Malang dan SMP 3 Malang
sebagai salah satu sekolah unggulan di Malang. Apabila terdapat kesulitan di
sekolah tersebut dapat digeneralisir sekolah lain juga mengalami kesulitan yang
sama. SMK7 PGRI Malang dipilih karena terdapat jurusan Administrasi
Perkantoran. Hal tersebut karena penelitian ini juga akan melihat pola
kebermanfaatan teks terhadap pengetahuan siswa di sekolahnya. Kelas yang
diambil pada penelitian ini adalah VII.7, X MIA1, dan X APK (administrasi
perkantoran). Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik proportionate random sampling. Dari
teknik tersebut didapat sampel masing-masing sekolah sebanyak 10 siswa.
Sedangkan sampel guru sebanyak 3 guru dari SMK 7 PGRI Malang dan masing-masing
1 guru dari SMAN 3 Malng dan SMPN 3 Malang.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan angket berdasarkan pertimbangan keefektifan
pengumpulan data. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang responden ketahui
(Arikunto, 2002: 128). Angket atau kuesionr yang digunakan sebagai instrumen
penelitian berupa 40 daftar pernyataan dengan pilihan jawaban checklist menggunakan skala Likert
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju
(STS).
Setelah data terkumpul,
selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data kuantitatif dimulai dengan
penyekoran tiap butir pernyataan. SS diberi skor 4, S skor 3, TS skor 2, dan
STS 1 untuk kalimat positif dan sebaliknya untuk kalimat negatif. Skor tersebut
dijumlahkan tiap sub-indikator, indikator, baru kemudian secara keseluruhan.
Indikator perepsi penelitian ini adalah penyerapan, pemahaman, dan penilaian.
Selanjutnya diklasifikasikan menjadi 2 klasifikasi, yaitu tinggi dan rendah.
HASIL
Hasil penelitian ini dibagi
menjadi dua bagian besar, yaitu hasil persepsi siswa dan hasil persepsi guru.
Persepsi Siswa
Hasil persepsi siswa SMPN 3
Malang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia terlihat pada tabel berikut.
SMPN 3 Malang
|
|||||
Indikator
|
Sub-Indikator
|
Skor
|
Kategori
|
Jumlah Skor
|
Kategori
|
Penyerapan
|
Gambaran Pembelajaran
berbasis Teks
|
114
|
Rendah
|
353
|
Rendah
|
Tanggapan Pembelajaran
Berbasis Teks
|
123
|
Rendah
|
|||
Kesan Terhadap Pembelajaran
Berbasis Teks
|
116
|
Rendah
|
|||
Pemahaman
|
Menyusun Teks
Berkelompok
|
153
|
Tinggi
|
273
|
Tinggi
|
Menyusun Teks Individu
|
120
|
Rendah
|
|||
Penilaian
|
Implementasi Teks
Terhadap Sikap
|
152
|
Tinggi
|
392
|
Tinggi
|
Implementasi Teks
Terhadap Pengetahuan
|
124
|
Rendah
|
|||
Implementasi Teks
Terhadap Keterampilan
|
116
|
Rendah
|
Indikator
penyerapan terdiri dari sub-sub indikatorgambaran pembelajaran berbasis teks,
tanggapan pembelajaran berbasis teks, dan kesan terhadap teks. Gambaran
berbasis teks diwakili pernyataan nomor 1, 2,3,4,dan 5. Dari tabel tersebut
terlihat gambaran pembelajaran berbahasa Indonesia di SMP3 Malang dalam
kategori rendah, bahkan skornya paling rendah dari indikator-indikator yang
lain. Artinya, siswa SMPN 3 Malang menemui kesulitan pada tahap gambaran
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013.
Tanggapan
pembelajaran berbasis teks siswa SMPN 3 juga masih dalam kategori rendah
walaupun skornya mendekati nilai mean ideal 125, yakni 123. Begitu juga dengan
tanggapan, skor siswa SMPN 3 Malang 116, masuk kategori rendah. Oleh karena itu
secara keseluruhan penyerapan siswa SMN 3 Malang pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks dalam kategori rendah dengan skor 353.
Pemahaman
terdiri dari sub-indikator menyusun teks berkelompok dan menyusun teks
individu. Skor siswa SMPN 3 Malang pada sub-indikator menyusun teks berkelompok
yakni 153, artinya masuk kategori tinggi. Skor siswa pada sub indikator ini paling
tinggi diantara sub-indikator yang lain. Berbeda dengan sub-indikator menyusun teks
individu yang ternyata masuk kategori rendah dengan perolehan skor 120. Namun
secara keseluruhan, pemahaman siswa SMPN 3 Malng terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia masuk kategori tinggi (skor 273).
Indikator
penilain terdiri dari sub-indikator implementasi teks terhadap sikap,
implemenasi teks terhadap pengetahuan, dan implementasi teks terhadap
keterampilan. Teks mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap sikap siswa SMPN 3
Malang (skor 152). Namun teks kurang berkontribusi terhadap pengetahuan (skor
124) dan keterampilan (116) siswa SMPN 3 Malang. Apabila diakumulasikan,
penilaian siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks masuk
kategori tinggi dengan skor 392.
SMAN 3 Malang
|
|||||
Indikator
|
Sub-Indikator
|
Skor
|
Kategori
|
Jumlah Skor
|
Kategori
|
Penyerapan
|
Gambaran Pembelajaran
berbasis Teks
|
98
|
Rendah
|
332
|
Rendah
|
Tanggapan Pembelajaran
Berbasis Teks
|
124
|
Rendah
|
|||
Kesan Terhadap
Pembelajaran Berbasis Teks
|
110
|
Rendah
|
|||
Pemahaman
|
Menyusun Teks
Berkelompok
|
141
|
Tinggi
|
266
|
Tinggi
|
Menyusun Teks Individu
|
125
|
Tinggi
|
|||
Penilaian
|
Implementasi Teks
Terhadap Sikap
|
148
|
Tinggi
|
394
|
Tinggi
|
Implementasi Teks
Terhadap Pengetahuan
|
119
|
Rendah
|
|||
Implementasi Teks
Terhadap Keterampilan
|
127
|
Tinggi
|
Gambaran
siswa SMAN 3 Malang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks paling
rendah diantara indikator yang lain dengan perolehan skor 98. Tanggapan dan
kesan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks juga dalam kategori
rendah dengan perolehan skor masing-masing 124 dan 110. Apabila diakumulasi,
penyerapan siswa SMAN 3 Malang terhadap pembelajaran berbasis teks berada pada
kategori rendah dengan skor 332.
Pada
indikator menyusun teks berkelompok, perolehan skor siswa SMAN 3 Malang cukup
tinggi yakni 141. Begitu juga dengan indikator menyusun teks individu,
perolehan skor masuk kategori tinggi yakni 125. Secara umum pemahaman siswa
SMAN 3 Malang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks masuk
kategori tinggi dengan perolehan skor 266.
Implementasi
teks terhadap pengetahuan siswa SMAN 3 Malang masuk kategori tinggi dengan
perolehan skor 148. Berbeda dengan implementasi teks pada pengetahuan yang
masuk kategori rendah dengan perolehan skor 119. Namun implementasi teks
terhadap pengetahuan siswa masuk kategori tinggi dengan perolehan skor 127.
Apabila diakumulasikan, penilaian siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks masuk kagori tinggi dengan perolehan skor 394.
SMK 7 PGRI Malang
|
|||||
Indikator
|
Sub-Indikator
|
Skor
|
Kategori
|
Jumlah Skor
|
Kategori
|
Penyerapan
|
Gambaran Pembelajaran
berbasis Teks
|
137
|
Tinggi
|
425
|
Tinggi
|
Tanggapan Pembelajaran
Berbasis Teks
|
142
|
Tinggi
|
|||
Kesan Terhadap
Pembelajaran Berbasis Teks
|
146
|
Tinggi
|
|||
Pemahaman
|
Menyusun Teks
Berkelompok
|
156
|
Tinggi
|
289
|
Tinggi
|
Menyusun Teks Individu
|
133
|
Tinggi
|
|||
Penilaian
|
Implementasi Teks
Terhadap Sikap
|
149
|
Tinggi
|
444
|
Tinggi
|
Implementasi Teks
Terhadap Pengetahuan
|
147
|
Tinggi
|
|||
Implementasi Teks
Terhadap Keterampilan
|
148
|
Tinggi
|
Berbeda
dengan sekolah-sekolah sebelumnya, siswa di SMK 7 PGRI Malang mendapat skor
yang masuk kategori tinggi di seluruh indikator yang ada. Pada indikator
penyerapan, siswa SMK PGRI mendapat skor kategori tinggi dengan total perolehan
mencapai 425. Rincian dari indikator penyerapan yaitu gambaran pembelajaran
berbasis teks 137, tanggapan pembelajaran berbasis teks 142, dan kesan terhadap
pembelajaran berbasis teks 146. Semua masuk kategori tinggi.
Perolehan
skor pemahaman juga cukup tinggi mencapai 289 (kategori tinggi). Rinciannya
pada sub idikator menyusun teks berkelompok mendapat skor 156, paling tinggi
diantara sub-indikator yang lain. Menyusun teks individu mendapat skor 133.
Semua masuk kategori tinggi.
Pada
indikator pemahaman, siswa SMK PGRI 7 Malang mendapat skor yang paling tinggi
diantara yang lain, yakni 444. Rinciannya implementasi teks terhadap sikap
mendapat skor 149, implementasi teks terhadap pengetahuan 147, dan implementasi
teks terhadap keterampilan 148. Semua juga masuk kategori tinggi.
Keseluruhan
|
|||||
Indikator
|
Sub-Indikator
|
Skor
|
Kategori
|
Jumlah Skor
|
Kategori
|
Penyerapan
|
Gambaran Pembelajaran
berbasis Teks
|
349
|
Tinggi
|
1110
|
Tinggi
|
Tanggapan Pembelajaran
Berbasis Teks
|
389
|
Tinggi
|
|||
Kesan Terhadap
Pembelajaran Berbasis Teks
|
372
|
Tinggi
|
|||
Pemahaman
|
Menyusun Teks
Berkelompok
|
450
|
Tinggi
|
828
|
Tinggi
|
Menyusun Teks Individu
|
378
|
Tinggi
|
|||
Penilaian
|
Implementasi Teks
Terhadap Sikap
|
449
|
Tinggi
|
1230
|
Tinggi
|
Implementasi Teks
Terhadap Pengetahuan
|
390
|
Tinggi
|
|||
Implementasi Teks
Terhadap Keterampilan
|
391
|
Tinggi
|
Siswa sekolah sekolah SMPN 3
Malang, SMAN 3 Malang, dan SMKN 7 PGRI apabila diakumulasikan semua indikator
dan sub-indikator masuk kategori tinggi. Perolehan skor tertinggi ada pada
sub-indikator menyusun teks berkelompok dengan perolehan 450, disusul
implementasi teks terhadap sikap sebesar 449. Perolehan skor terendah ada pada
sub-indikator gambaran pembelajaran berbasis teks dengan perolehan skor 349.
Diatasnya ada kesan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dengan
perolehan skor 372, kemudian diatasnya lagi menyusun teks individu dengan skor
378.
Persepsi Guru
Hasil persepsi guru terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dapat dilihat pada tabel berikut.
SMPN 3 Malang
|
|||||
Indikator
|
Sub-Indikator
|
Skor
|
Kategori
|
Jumlah
Skor
|
Kategori
|
Penyerapan
|
Gambaran
Pembelajaran berbasis Teks
|
15
|
Tinggi
|
45
|
Tinggi
|
Tanggapan
Pembelajaran Berbasis Teks
|
16
|
Tinggi
|
|||
Kesan Terhadap
Pembelajaran Berbasis Teks
|
14
|
Tinggi
|
|||
Pemahaman
|
Membangun Konteks
|
15
|
Tinggi
|
30
|
Tinggi
|
Membangun
Pemodelan
|
15
|
Tinggi
|
|||
Penilaian
|
Implementasi Teks
Terhadap Sikap
|
19
|
Tinggi
|
49
|
Tinggi
|
Implementasi Teks
Terhadap Pengetahuan
|
15
|
Tinggi
|
|||
Implementasi Teks
Terhadap Keterampilan
|
15
|
Tinggi
|
Dari
tabel di atas dapat diketahui bahwa semua indikator dan sub-indikator guru SMPN
3 Malnag masuk kategori Tinggi dengan perolehan skor cukup tinggi pula. Skor
sub-indikator paling tinggi terdapat pada implementasi teks terhadap siswa
dengan perolehan skor 19, mendekati skor maksimal 20. Skor “terendah” terdapat
pada sub-indikator kesan terhadap pembelajaran berbasis teks dengan perolehan
skor 14.
SMAN 3 Malang
|
|||||
Indikator
|
Sub-Indikator
|
Skor
|
Kategori
|
Jumlah
Skor
|
Kategori
|
Penyerapan
|
Gambaran Pembelajaran
berbasis Teks
|
14
|
Tinggi
|
42
|
Tinggi
|
Tanggapan
Pembelajaran Berbasis Teks
|
14
|
Tinggi
|
|||
Kesan Terhadap
Pembelajaran Berbasis Teks
|
14
|
Tinggi
|
|||
Pemahaman
|
Membangun Konteks
|
15
|
Tinggi
|
30
|
Tinggi
|
Membangun
Pemodelan
|
15
|
Tinggi
|
|||
Penilaian
|
Implementasi Teks
Terhadap Sikap
|
14
|
Tinggi
|
39
|
Tinggi
|
Implementasi Teks
Terhadap Pengetahuan
|
11
|
Rendah
|
|||
Implementasi Teks
Terhadap Keterampilan
|
14
|
Tinggi
|
Persepsi
guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis tek dapat diketahui dari
tabel di atas. Semua indikator masuk kategori tinggi. Sub-indikator juga masuk
kategori tinggi kecuali sub-indikator implementasi teks terhadap pengetahuan
yang mendapat perolehan skor 11. Artinya, guru di SMAN 3 Malang tidak mendapat
masalah terhadap penyerapan, pemahaman, maupun penilaian. Hanya pada
implementasi teks terhadap pengetahuan yang dirasa kurang oleh guru SMAN 3
Malang.
SMK 7 PGRI Malang
|
|||||
Indikator
|
Sub-Indikator
|
Skor
|
Kategori
|
Jumlah
Skor
|
Kategori
|
Penyerapan
|
Gambaran
Pembelajaran berbasis Teks
|
36
|
Rendah
|
113
|
Rendah
|
Tanggapan
Pembelajaran Berbasis Teks
|
41
|
Tinggi
|
|||
Kesan Terhadap
Pembelajaran Berbasis Teks
|
36
|
Rendah
|
|||
Pemahaman
|
Membangun Konteks
|
37
|
Rendah
|
75
|
Rendah
|
Membangun
Pemodelan
|
38
|
Tinggi
|
|||
Penilaian
|
Implementasi Teks
Terhadap Sikap
|
41
|
Tinggi
|
120
|
Tinggi
|
Implementasi Teks
Terhadap Pengetahuan
|
39
|
Tinggi
|
|||
Implementasi Teks
Terhadap Keterampilan
|
40
|
Tinggi
|
Hasil agak berbeda terlihat
pada tabel SMK PGRI 7 Malang. Guru masih menemui kendala di gambaran
pembelajaran berbasis teks, terbukti dengan perolehan skor 36 (kategori
rendah). Begitu juga dengan sub-indikator kesan terhadap pembelajaran berbasis
teks, perolehan skor guru 36 masuk kategori rendah. Pada sub-indikator
membangun konteks juga terdapat kendala, perolehan skor guru 37 masuk kategori
rendah. Selain ketiga sub-indikator tersebut, lainnya masuk kategori tinggi.
Perolehan skor tertinggi pada sub-indikator tanggapan terhadap pembelajaran
berbasis teks dan implementasi teks terhadap sikap dengan peolehan skor 41.
Secara umum, persepsi guru pada indikator penyerapan masuk kategori rendah
dengan skor 113, pemahaman masuk kategori rendah dengan skor 75, dan penilaian
masuk kategori tinggi dengan perolehan skor 120.
Keseluruhan
|
|||||
Indikator
|
Sub-Indikator
|
Skor
|
Kategori
|
Jumlah
Skor
|
Kategori
|
Penyerapan
|
Gambaran
Pembelajaran berbasis Teks
|
65
|
Tinggi
|
200
|
Tinggi
|
Tanggapan
Pembelajaran Berbasis Teks
|
71
|
Tinggi
|
|||
Kesan Terhadap Pembelajaran
Berbasis Teks
|
64
|
Tinggi
|
|||
Pemahaman
|
Membangun Konteks
|
67
|
Tinggi
|
135
|
Tinggi
|
Membangun
Pemodelan
|
68
|
Tinggi
|
|||
Penilaian
|
Implementasi Teks
Terhadap Sikap
|
74
|
Tinggi
|
208
|
Tinggi
|
Implementasi Teks
Terhadap Pengetahuan
|
65
|
Tinggi
|
|||
Implementasi Teks
Terhadap Keterampilan
|
69
|
Tinggi
|
Akumulasi
persepsi guru dari ketiga sekolah di atas (SMPN 3 Malang, SMAN 3 Malang, dan
SMK 7 PGRI Malang) adalah semua indikator maupun sub-indikator masuk kategori
tinggi. Skor tertinggi untuk sub-indikator adalah implementasi teks terhadap
teks dengan perolehan skor 74. Skor terendah terdapat pada sub-indikator kesan
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Perolehan skor yang
semuanya masuk kategori tinggi merupakan indikasi persepsi positif guru
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada Kurikulum 2013.
PEMBAHASAN
Penyerapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran
Bahasa Indonesia Berbasis Teks
Persepsi
siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesi berbasis teks akan diuraikan
berdasarkan temuan di SMPN 3 Malang, SMAN 3 Malang, dan SMK 7 PGRI Malang. Pada
sub-indikator gambaran tentang pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks,
siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 masuk kategori rendah, sedangkan siswa SMK 7
PGRI Malang masuk kategori tinggi. Hal ini mempunyai makna bahwa siswa SMP dan
SMA mempunyai kesulitan pada gambaran pembelajaran bahasa Indonesia berbasis
teks, terutama siswa di SMAN 3 Malang yang mendapat skor terendah. Hal tersebut
normal karena materi teks yang masih baru sehingga membutuhkan proses untuk
adaptasi. Berbeda dengan siswa SMP dan SMA, gambaran terhadap pebelajaran siswa
SMK masuk kategori tinggi. Hal tersebut mengindikasikan siswa SMK mempunyai
gambaran pembelajaran berbasis teks lebih baik.
Hal
berbeda terlihat pada gambaran pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks
guru. Guru di SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang masuk kategori tinggi, sedangkan
guru di SMK 7 PGRI Malang masuk kategori rendah. Hasil tersebut mengindikasikan
guru di SMP dan SMA tersebut mempunyai gambaran pembelajaran berbasis teks
lebih baik daripada guru SMKN 7 PGRI.
Pada
sub-indikator tanggapan terhadap pembelajaran berbasis teks, siswa SMPN 3 Malang
dan SMAN 3 Malang mempunyai tanggapan negatif dengan skor yang masuk kategori
rendah. Artinya, tanggapan siswa SMP dan SMA tersebut terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia berbasis teks cenderung negatif. Berbeda dengan siswa di SMK 7
PGRI yang perolehan skornya masuk kategori tinggi. Tanggapan siswa SMK 7 PGRI
terhadap pembelajaran berbasis teks cenderung positif, terbukti dengn perolehan
skor yang cukup tinggi.
Tanggapan
guru di ketiga sekolah tersebut semuanya positif. Perolehan skor guru pada
ketiga sekolah tersebut masuk kategori tinggi. Tanggapan positif guru terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks merupakan indikator positif. Dengan
tanggapan positif diharapkan guru membawa semangat positif terhadap
pembelajaran, selanjutnya semangat tersebut diharapkan menurun pada siswa.
Kesan
siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks masuk kategori rendah. Artinya, kesan siswa terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia pada kedua sekolah tersebut cenderung negatif. Namun, kesan
siswa di SMK 7 PGRI Malang terhadap pembelajaran berbasis teks cenderung
positif. Terbukti dengan prolehan skor yang masuk kategori tinggi. Siswa SMK 7
PGRI mempunyai kesan pembelajaran berbasis teks yang lebih baik daripada SMPN 3
malang dan SMAN 3 Malang.
Hal
berbeda terjadi pada kesan guru. Guru di SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang
mempunyai kesan yang positif terhadap pembelajaran berbasis teks. Terbukti dengan perolehan skor
yang masu kategori tinggi. Hal sebaliknya terjadi pada guru di SMK 7 PGRI
Malang yang mempunyai kesan cenderung negatif terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia. Guru di SMK mempunyai kesan berbeda dengan siswanya yang mempunyai
kesan yang baik terhadap pembelajaran berbasis teks.
Namun
secara keseluruhan, persepsi siswa terhadap pembelajaran bahasa indonesia
berbasis teks dengan indikator penyerapan sudah tinggi. Begitu juga dengan persepsi
guru indikator penyerapan juga sudah tinggi.
Pemahaman Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran
Bahasa Indonesia Berbasis Teks
Pemahaman
siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dibagi menjadi dua
sub-indikator, yakni menyusun teks berkelompok dan menyusun teks individu.
Pemahaman guru juga dibagi menjadi dua sub-indikator, yakni membangun konteks
dan membangun pemodelan.
Sub-indikator
menyusun teks berkelompok pada ketiga sekolah menduduki kategori tinggi.
Bahkan, skor perolehan sub-indikator ini paling tinggi diantara sub indikator
yng lain. Di antara ketiga sekolah tersebut, perolehan skor paling tinggi pada
siswa SMK 7 PGRI dengan perolehan skor 156. Hal ini indikasi bahwa siswa sangat
terbantu dengan kegiatan menyusun teks berkelompok untuk memahami kegiatan
pembelajaran berbasis teks.
Berbeda
dengan sub-indikator menyusun teks individu. Pada siswa SMPN 3 Malang terdapat kesulitan
pada kegiatan menyusun teks individu. Hal ini terlihat dari perolehan skor
siswa SMPN 3 Malang yang masuk kategori rendah. Siswa SMAN 3 Malang dan SMK
PGRI 7 Malang perolehan skornya sudah tinggi. Artinya siswa SMA dan SMK tidak
menemui kendala berarti ada kegiatan menyusun teks secara individu. Berbeda
dengan siswa SMP yang membutuhkan bimbingan lebih untuk kegiatan menyusun teks
secara individu.
Pemahaman
guru dengan sub-indikator membangun konteks sudah baik pada guru di SMPN 3
Malang dan SMAN 3 Malang. Guru tidak menemui kendala berarti pada kegiatan
membangun konteks. Hal ini terbukti dengan perolehan skor yang masuk kategori
tinggi. Berbeda dengan guru di SMK 7 PGRI Malang yang masih menemui kesulitan
membangun konteks karena skor perolehannya masuk kategori rendah.
Pada
sub-indikator membangun pemodelan, guru pada ketiga sekolah tersebut sudah baik
dengan perolehan skor masuk kategori tinggi. Hal tersebut indikasi bahwa guru
tidak menemui kendala berarti pada kegiatan membangun pemodelan kurikulum 2013.
Akumulasi
dari pemahaman siswa dan guru di SMPN 3 Malang, SMAN 3 Malang dan SMK 7 PGRI
Malang masuk kategori tinggi. Pemahaman siswa dan guru terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia berbasis teks sudah baik. Tentunya dengan beberapa catatan. Guru
harusnya lebih mengoptimalkan kegiatan berkelompok untuk membantu siswa
memahami pembelajaran. Perlu peran lebih guru untuk mendampingi siswa SMP dalam
menyusun teks individu. Selain itu, guru juga perlu mengupgrade diri supaya tidak menemui kendala dalam membangun
konteks, khususnya pada guru SMK.
Penilaian Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran
Bahasa Indonesia Berbasis Teks
Penilaian
siswa dan guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dibagi
menjadi tiga sub-indikator, yakni implementasi teks terhadap sikap,
implementasi teks terhadap pengetahuan, dan implementasi teks terhadap
keterampilan. Siswa ketiga sekolah tersebut sepakat bahwa teks yang diajarkan
berpengaruh terhadap sikap mereka. Terbukti dengan perolehan skor sub-indikator
implementasi teks terhadap sikap masuk kategori tinggi dengan perolehan skor
cukup tinggi. Guru ketiga sekolah ini pun sepakat bahwa teks yang diajarkan
berkontribusi terhadap sikap siswa, baik spiritual maupun sosial. Perolehan
skor semua guru pada masing-masing sekolah masuk kategori tinggi.
Teks
yang diajarkan kurang berkontribusi terhadap pengetahuan siswa menurut siswa
SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang. Hal ini terbukti dengan perolehan skor siswa
kedua sekolah tersebut masuk kateori rendah. Namun menurut siswa SMK PGRI 7
Malang materi teks yang diajarkan berkontribusi terhadap pembelajaran
pengetahuan mereka. Terbukti dengan perolehan skor mereka yang masuk kategori
tinggi. Hal tersebut mengindikasikan materi teks yang diajarkan lebih
berkontribusi terhadap pengetahuan pada siswa SMK daripada siswa SMP dan SMA.
Menurut
sudut pandang guru, teks yang diajarkan berkontribusi pada pengetahuan siswa,
setidaknya menurut guru di SMPN 3 Malang dan SMK 7 PGRI. Perolehan skor mereka
yang masuk kategori tinggi membuktikannya. Akan tetapi menurut guru SMAN 3
Malang, teks yang diajarkan kurang berkontribusi terhadap pengetahuan siswa.
Perolehan skor guru SMAN 3 Malang masuk kategori rendah.
Menurut
siswa SMAN 3 Malang dan SMK 7 PGRI Malang, teks yang diajarkan berkontribusi
terhadap keterampilan mereka. Terbukti denga perolehan skor yang msauk kategori
tinggi. Berbeda menurut siswa SMPN 3 Malang, teks yang diajarkan kurang
berkontribusi terhadap keterampilan mereka. Fenomena yang wajar karena siswa
SMP masih belum bisa sepenuhnya mengaitkan teks teks terhadap keterampilan
mereka. Di sinilah peran guru diperlukan untuk membimbing siswa meningkatkan
keterampilannya dari teks yang diajarkan.
Teks
yang diajarkan cukup berkontribusi terhadap keterampilan siswa menurut
pandangan guru pada ketiga sekolah tersebut. Semua guru pada ketiga sekolah
sepakat bahwa teks yang mereka ajarkan membuat keterampilan siswa meningkat.
Perolehan skor masing-masing sekolah masuk kategori tinggi. Dengan demikian
dapat disimpulkan penilaian siswa maupun guru terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia berbasis teks positif, dibuktikan dengan perolehan skor yang masuk
kategori tinggi.
Akumulasi
dari keseluruhan perolehan skor semua indikator adalah siswa mempunyai
penyerapan, pemahaman, dan penilaian yang baik (positif) terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia berbasis teks. Guru juga mempunyai penyerapan, pemahaman, dan
penilaian yang bagus terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi guru dan siswa terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks adalah positif (baik).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penyerapan
guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum
2013 baik (positif) dengan berbagai catatan. Penyerapan siswa SMPN 3 Malang dan
SMAN 3 Malang rendah serta penyerapan guru SMK 7 PGRI Malang rendah, bahkan
ketiga sub-indikator pada indikator pemahaman masuk kategori rendah. Pemahaman
guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum
2013 baik (positif) dengan catatan masih terdapat masalah pada sub-indikator menyusun
teks individu siswa SMP dan sub-indikator kegiatan membangun konteks pada guru.
Penilaian
guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum
2013 baik (positif) dengan catatan sub-indikator implementasi teks terhadap
pengetahuan masih terdaat masalah. Jadi secara umum, persepsi guru dan siswa
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013 baik
(positif). Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran tentu masih ada namun
masih dalam taraf yang ditoleransi.
Saran
Materi
teks meupakan sesuatu yang baru bagi siswa sehingga wajar apabila masih terdapat
permasalahan-permasalahan di proses penyerapan. Guru seharusnya mempunyai energi
motivasi dan semangat lebih sehingga energi tersebut sampai pada siswa yang
pada akhirnya akan mempercepat adaptasi terhadap pembelajaran berbasis teks.
Pada
proses pemahaman siswa sangat terbantu dengan kegiatan menyusun teks
berkelompok. Guru akan lebih baik apabila apabila memaksimalkan tahap ini
sehingga siswa terbantu memahami pembelajaran. Selain itu guru juga perlu
membimbing lebih siswa SMP dalam kegiatan menyusun teks secara individu karena
siswa SMP masih menemui kesulitan pada proses menyusun teks individu.
Teks
yang diajarkan sudah baik, namun akan lebih baik lagi apabila guru mencari teks
yang lebih berkontribusi pada pengetahuan siswa SMP dan SMA.
Daftar Rujukan
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bernhardt,
Victoria L. 2012. Assessing Perceptions
Using Education for the Future Questionnaires
dalam http://eff.csuchico.edu diunduh pada 1 Desember 2014.
Lie, Anita. 2012. Menyambut Kurikulum 2013. Kompas. http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/05/13070730/Menyambut.Kurikulum.2013. (online). Diakses pada 1 Desember 2014.
Mahsun.
2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menggunakan Pendekatan Teks. Kompas Edu. 27 Februari 2013. http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/26/21303951/Pembelajaran.Bahasa.Indonesia.Menggunakan.Pendekatan.Teks.
(online) Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Maryanto, dkk. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akedemik
Kelas X. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Priyatni, Endah Tri. 2014. Landasan Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Malang: UM.
Salinan
Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.
Sufanti,
Main. ____. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berbasis Teks: Belajar Dari Ohio Amerika Serikat. Jurnal. Surakarta: FKIP
UMM.
Slameto.
1998. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Walgito,
Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar