Selasa, 05 April 2016

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS PADA KURIKULUM 2013

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS PADA KURIKULUM 2013
Agus Purnomo Ahmad Putikadyanto1
Endah Tri Priyatni2
Kusubakti Anjani3

Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145
Email: aguspurnomo.ap2@gmail.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data kuesioner. Hasil penelitian ini adalah persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran berbasis teks secara keseluruhan baik, dengan catatan penyerapan siswa SMP dan SMA masih rendah serta penyerapan dan pemahaman guru SMK terhadap pembelajaran berbasis teks juga masih rendah.
Kata kunci: persepsi guru, persepsi siswa, bahasa Indonesia, pembelajaran berbasis teks, kurikulum 2013


Kurikulum menurut definisi UU No. 20 tahun 2003 merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kgiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Definisi tersebut menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di Indonesi saat ini karena memuat dua cakupan yang tepat, yakni tujuan, isi, bahan pelajaran, serta rambu-rambu pengimplementasian atau cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum formal dan tertulis merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah (Priyatmi, 2014:1). Sekolah atau lembaga pendidikan harus mempunyai kurikulum supaya dapat disebut “sekolah”. Kurikulum tidak dapat dipisahkan dari pendidikan dan pembelajaran.
Di Indonesia belum lama ini terjadi pergantian kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif, interaktif, dan siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang mampu membawa masyarakat, bangsa, dan negara ke arah yang lebih baik. Perubahan kurikulum diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yanng sering dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini.
Kurikulum 2013 pada dasarnya menekankan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut tampak pada karakteristik yang ada pada kurikulum 2013. Sepintar dan seterampil apapun siswa kalau tidak memiliki sikap spiritual dan sosial yang bagus juga tidak baik sehingga kepintarannya bisa disalahgunakan untuk membohongi orang lain. Kurikulum 2013 bertujuan mulia dengan berusaha untuk menghindari hal tersebut. Karakteristik tersebut senada dengan tujuan Kurikulum 2013 berdasarkan permendikbud No. 58 tahun 2014, yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Pada kurikulum 2013, pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Artinya, mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan teks sebagai sarana pembelajaran. Perbedaan paling mencolok inilah yang dirasakan guru dan siswa. Apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik akan menimbulkan berbagai masalah pada implementasinya. Guru dan siswa dituntut cepat beradaptasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Jenis teks yang digunakan dalam pembelajaran beragam bergantung tingkat/ jenjang pendidikan, kelas 1, 2, atau 3, SMP/MTs atau SMA/MA/SMK. Setiap jenis teks memiliki struktur isi, jenis kebahasaan, tujuan sosial yang berbeda. Di sinilah peran guru dibutuhkan untuk memahami setiap karakteristik teks karena akan berpengaruh pada penyampaian pembelajaran di kelas. Bagaimana siswa bisa paham pelajaran apabila gurunya saja belum paham dengan materi yang diajarkan?
Kurikulum baru tentu membutuhkan waktu untuk penyesuaian (adaptasi), begitu pula dengan kurikulum 2013. Penyesuaian kurikulum 2013 membutuhkan proses. Hal ini senada dengan pendapatnya Lie (Kompas, 5 Desember 2012) bahwa keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum, termasuk pembelajaran, dan penilaian pembelajaran dan kurikulum. Normal apabila dalam proses terdapat berbagai permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan proses penyesuaian. Akan tetapi permasalahan-permasalahan yang terjadi haruslah dalam taraf yang wajar dan yang paling penting harus segera dicari jalan keluarnya.
Semua pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 mulai jenjang sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah menengah atas (SMA) berbasis teks (Mahsun, 2013). Dengan berbasis teks, siswa menggunakan bahasa tidak saja hanya dijadikan sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis teks ini perlu dipahami oleh pemerhati pengajaran bahasa Indonesia, baik guru bahasa Indonesia, mahasiswa, dan pihak-pihak yang terkait.
Istilah pembelajaran berbasis teks dapat dipahami dari masing-masing katanya. Menurut KBBI kata “basis” berarti dasar atau asas. Kata dasar apabila dirunut lagi diartikan alas atau fondasi; pokok atau pangkal suatu pendapat, aturan, atau ajaran. Kata “asas” diartikan dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis teks dapat dinyatakan pembelajaran yang menjadikan teks sebagai dasar, asas, pangkal, dan tumpuan.
Pengertian teks pada kurikulum 2013 sedikit berbeda dengan yang sudah kita kenal selama ini. Dalam kurikulum 2013 teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis. Menurut Mahsun (2013) teks itu adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya. Teks dibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register atau ragam bahasa yang melatarbelakangi lahirnya teks tersebut. Maryanto (dalam Sufanti:38) juga menyatakan bahwa yang dimaksud teks dalam Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal seperti gambar. Kim dan Gilman (dalam Sufanti: 38) juga membedakan teks dengan istilah visual text dan spoken text. Pengertian inilah yang tergambar dalam Kurikulum 2013.
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks menurut Mahsun (dalam Maryanto dkk, 2013:v) dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentukbentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.
Perlu disadari bahwa setiap teks memiliki struktur tersendiri yang berbeda satu sama lain. Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai.
Permasalahan-permasalahan yang muncul pada kurikulum 2013 dicari penyebabnya dahulu supaya dapat dicari solusi/jalan keluar yang tepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara mencari tahu persepsi guru dan siswa terhadap kurikulum 2013, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Persepsi guru dann siswa tersebut dikumpulkan dan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui permasalahan-permasalahan yang muncul. Selanjutnya setelah diketahui permasalahan-permasalahan yang muncul, dipilih solusi yang paling tepat supaya pembelajaran berjalan dengan optimal.
Pembelajaran mempunyai kaitan dengan persepsi. Ada berbagai peristiwa psikologis yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung, salah satunya adalah persepsi. Slameto (2003: 102) berpendapat bahwa persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi inilah manusia terus-menerus berhubungan dengan lingkungannya melalui pancaindra.
Berndhardt (2012) menyebutkan bahwa kata persepsi memiliki kaitan dengan observasi dan opini yang definisinya meliputi: a view; pandangan, penghakiman atau penilaian yang terbentuk di pikiran mengenai suatu permasalahan tertentu; a belief; sebuah keyakinan yang lebih banyak bersumber dari kesan yang diterima dibanding dari pengetahuan yang dimiliki; a generally held view; hasil pandangan secara sekilas; a formal expression of judgement or advice; ekspresi dari sebuah penghakiman atau nasihat; a judgment one holds as true; sebuah penghakiman yang dianggap sebagai kebenaran.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan atau pendapat yang merupakan proses individu untuk menerima atau mengetahui suatu hal melalui pancaindra kemudian diorganisasi, diinterpretasi, dan dievaluasi, sehingga diperoleh makna (arti) tentang sebuah objek. Persepsi dapat muncul apabila memenuhi syarat-syarat terjadinya persepsi (Walgito, 2010: 101), yaitu:
a.       ada objek yang dipersepsikan;
b.      alat indra atau reseptor;
c.       perhatian
Untuk mengetahui persepsi seseorang sehingga dapat dikategorikan ke dalam emosi positif atau emosi negatif, dapat dilihat dari beberapa indikator. Bimo Walgito (melalui Wulandari, 2012: 12) menyampaikan tiga indikator persepsi yakni sebagai berikut.
1.      Penyerapan terhadap stimulus atau objek dari luar individu.
Objek atau stimulus tersebut diserap oleh pancaindra kemudian dari hasil penyerapan tersebut akan didapat gambaran, tanggapan dan kesan di dalam otak.
2.      Pengertian atau pemahaman
Setelah terjadi gambaran atau kesan di dalam otak, gambaran-gembaran dan kesan-kesan tersebut diorganisir, diklasifikasikan, dibandingkan, dan diinterpretasikan sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Pengertian yang terbentuk tergantung pada gambaran-gambaran lama yang sebelumnya telah dimiliki individu (disebut juga apersepsi).
3.      Penilaian atau evaluasi.
Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman baru tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama, karena itulah persepsi bersifat individual.
Persepsi seseorang dapat diketahui setidaknya dari tiga indikator tersebut. Indikator-indikator tersebut dijadikan landasan bagi perumusan instrumen yang akan digunakan dalam pengambilan data penelitian ini. Dengan demikian akan diperoleh deskripsi persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dan dapat dikategorikan ke dalam kategori positif dan negatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada kurikulum 2013 dan mendeskripsikan persepsi siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada kurikulum 2013. Dari persepsi guru dan siswa tersebut diharapkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam  pembelajaran berbasis teks pada kurikulum 2013 dapat diketahui.

METODE
Metode penelitian merupakan suatu teknik atau cara ilmiah untuk mencari, memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat data yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun suatu penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks.
Populasi pada penelitian ini adalah guru dan siswa SMAN 3 Malang, SMK 7 PGRI Malang, dan SMPN 3 Malang. Pemilihan sekolah-sekolah tersebut sebagai populasi karena dirasa dapat mewakili dari sekolah-sekolah yang lain. SMAN 3 Malang dan SMP 3 Malang sebagai salah satu sekolah unggulan di Malang. Apabila terdapat kesulitan di sekolah tersebut dapat digeneralisir sekolah lain juga mengalami kesulitan yang sama. SMK7 PGRI Malang dipilih karena terdapat jurusan Administrasi Perkantoran. Hal tersebut karena penelitian ini juga akan melihat pola kebermanfaatan teks terhadap pengetahuan siswa di sekolahnya. Kelas yang diambil pada penelitian ini adalah VII.7, X MIA1, dan X APK (administrasi perkantoran). Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik proportionate random sampling. Dari teknik tersebut didapat sampel masing-masing sekolah sebanyak 10 siswa. Sedangkan sampel guru sebanyak 3 guru dari SMK 7 PGRI Malang dan masing-masing 1 guru dari SMAN 3 Malng dan SMPN 3 Malang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket berdasarkan pertimbangan keefektifan pengumpulan data. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang responden ketahui (Arikunto, 2002: 128). Angket atau kuesionr yang digunakan sebagai instrumen penelitian berupa 40 daftar pernyataan dengan pilihan jawaban checklist menggunakan skala Likert Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data kuantitatif dimulai dengan penyekoran tiap butir pernyataan. SS diberi skor 4, S skor 3, TS skor 2, dan STS 1 untuk kalimat positif dan sebaliknya untuk kalimat negatif. Skor tersebut dijumlahkan tiap sub-indikator, indikator, baru kemudian secara keseluruhan. Indikator perepsi penelitian ini adalah penyerapan, pemahaman, dan penilaian. Selanjutnya diklasifikasikan menjadi 2 klasifikasi, yaitu tinggi dan rendah.

HASIL
Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu hasil persepsi siswa dan hasil persepsi guru.
Persepsi Siswa
Hasil persepsi siswa SMPN 3 Malang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia terlihat pada tabel berikut.
SMPN 3 Malang
 Indikator
Sub-Indikator
Skor
Kategori
Jumlah Skor
Kategori
Penyerapan
Gambaran Pembelajaran berbasis Teks
114
Rendah
353
Rendah
Tanggapan Pembelajaran Berbasis Teks
123
Rendah
Kesan Terhadap Pembelajaran Berbasis Teks
116
Rendah
Pemahaman
Menyusun Teks Berkelompok
153
Tinggi
273
Tinggi
Menyusun Teks Individu
120
Rendah
Penilaian
Implementasi Teks Terhadap Sikap
152
Tinggi
392
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Pengetahuan
124
Rendah
Implementasi Teks Terhadap Keterampilan
116
Rendah
Indikator penyerapan terdiri dari sub-sub indikatorgambaran pembelajaran berbasis teks, tanggapan pembelajaran berbasis teks, dan kesan terhadap teks. Gambaran berbasis teks diwakili pernyataan nomor 1, 2,3,4,dan 5. Dari tabel tersebut terlihat gambaran pembelajaran berbahasa Indonesia di SMP3 Malang dalam kategori rendah, bahkan skornya paling rendah dari indikator-indikator yang lain. Artinya, siswa SMPN 3 Malang menemui kesulitan pada tahap gambaran pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013.
Tanggapan pembelajaran berbasis teks siswa SMPN 3 juga masih dalam kategori rendah walaupun skornya mendekati nilai mean ideal 125, yakni 123. Begitu juga dengan tanggapan, skor siswa SMPN 3 Malang 116, masuk kategori rendah. Oleh karena itu secara keseluruhan penyerapan siswa SMN 3 Malang pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dalam kategori rendah dengan skor 353.
Pemahaman terdiri dari sub-indikator menyusun teks berkelompok dan menyusun teks individu. Skor siswa SMPN 3 Malang pada sub-indikator menyusun teks berkelompok yakni 153, artinya masuk kategori tinggi. Skor siswa pada sub indikator ini paling tinggi diantara sub-indikator yang lain. Berbeda dengan sub-indikator menyusun teks individu yang ternyata masuk kategori rendah dengan perolehan skor 120. Namun secara keseluruhan, pemahaman siswa SMPN 3 Malng terhadap pembelajaran bahasa Indonesia masuk kategori tinggi (skor 273).
Indikator penilain terdiri dari sub-indikator implementasi teks terhadap sikap, implemenasi teks terhadap pengetahuan, dan implementasi teks terhadap keterampilan. Teks mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap sikap siswa SMPN 3 Malang (skor 152). Namun teks kurang berkontribusi terhadap pengetahuan (skor 124) dan keterampilan (116) siswa SMPN 3 Malang. Apabila diakumulasikan, penilaian siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks masuk kategori tinggi dengan skor 392.
SMAN 3 Malang
Indikator
Sub-Indikator
Skor
Kategori
Jumlah Skor
Kategori
Penyerapan
Gambaran Pembelajaran berbasis Teks
98
Rendah
332
Rendah
Tanggapan Pembelajaran Berbasis Teks
124
Rendah
Kesan Terhadap Pembelajaran Berbasis Teks
110
Rendah
Pemahaman
Menyusun Teks Berkelompok
141
Tinggi
266
Tinggi
Menyusun Teks Individu
125
Tinggi
Penilaian
Implementasi Teks Terhadap Sikap
148
Tinggi
394
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Pengetahuan
119
Rendah
Implementasi Teks Terhadap Keterampilan
127
Tinggi
Gambaran siswa SMAN 3 Malang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks paling rendah diantara indikator yang lain dengan perolehan skor 98. Tanggapan dan kesan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks juga dalam kategori rendah dengan perolehan skor masing-masing 124 dan 110. Apabila diakumulasi, penyerapan siswa SMAN 3 Malang terhadap pembelajaran berbasis teks berada pada kategori rendah dengan skor 332.
Pada indikator menyusun teks berkelompok, perolehan skor siswa SMAN 3 Malang cukup tinggi yakni 141. Begitu juga dengan indikator menyusun teks individu, perolehan skor masuk kategori tinggi yakni 125. Secara umum pemahaman siswa SMAN 3 Malang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks masuk kategori tinggi dengan perolehan skor 266.
Implementasi teks terhadap pengetahuan siswa SMAN 3 Malang masuk kategori tinggi dengan perolehan skor 148. Berbeda dengan implementasi teks pada pengetahuan yang masuk kategori rendah dengan perolehan skor 119. Namun implementasi teks terhadap pengetahuan siswa masuk kategori tinggi dengan perolehan skor 127. Apabila diakumulasikan, penilaian siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks masuk kagori tinggi dengan perolehan skor 394.

SMK 7 PGRI Malang
Indikator
Sub-Indikator
Skor
Kategori
Jumlah Skor
Kategori
Penyerapan
Gambaran Pembelajaran berbasis Teks
137
Tinggi
425
Tinggi
Tanggapan Pembelajaran Berbasis Teks
142
Tinggi
Kesan Terhadap Pembelajaran Berbasis Teks
146
Tinggi
Pemahaman
Menyusun Teks Berkelompok
156
Tinggi
289
Tinggi
Menyusun Teks Individu
133
Tinggi
Penilaian
Implementasi Teks Terhadap Sikap
149
Tinggi
444
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Pengetahuan
147
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Keterampilan
148
Tinggi
Berbeda dengan sekolah-sekolah sebelumnya, siswa di SMK 7 PGRI Malang mendapat skor yang masuk kategori tinggi di seluruh indikator yang ada. Pada indikator penyerapan, siswa SMK PGRI mendapat skor kategori tinggi dengan total perolehan mencapai 425. Rincian dari indikator penyerapan yaitu gambaran pembelajaran berbasis teks 137, tanggapan pembelajaran berbasis teks 142, dan kesan terhadap pembelajaran berbasis teks 146. Semua masuk kategori tinggi.
Perolehan skor pemahaman juga cukup tinggi mencapai 289 (kategori tinggi). Rinciannya pada sub idikator menyusun teks berkelompok mendapat skor 156, paling tinggi diantara sub-indikator yang lain. Menyusun teks individu mendapat skor 133. Semua masuk kategori tinggi.
Pada indikator pemahaman, siswa SMK PGRI 7 Malang mendapat skor yang paling tinggi diantara yang lain, yakni 444. Rinciannya implementasi teks terhadap sikap mendapat skor 149, implementasi teks terhadap pengetahuan 147, dan implementasi teks terhadap keterampilan 148. Semua juga masuk kategori tinggi.
Keseluruhan
Indikator
Sub-Indikator
Skor
Kategori
Jumlah Skor
Kategori
Penyerapan
Gambaran Pembelajaran berbasis Teks
349
Tinggi
1110
Tinggi
Tanggapan Pembelajaran Berbasis Teks
389
Tinggi
Kesan Terhadap Pembelajaran Berbasis Teks
372
Tinggi
Pemahaman
Menyusun Teks Berkelompok
450
Tinggi
828
Tinggi
Menyusun Teks Individu
378
Tinggi
Penilaian
Implementasi Teks Terhadap Sikap
449
Tinggi
1230
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Pengetahuan
390
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Keterampilan
391
Tinggi
Siswa sekolah sekolah SMPN 3 Malang, SMAN 3 Malang, dan SMKN 7 PGRI apabila diakumulasikan semua indikator dan sub-indikator masuk kategori tinggi. Perolehan skor tertinggi ada pada sub-indikator menyusun teks berkelompok dengan perolehan 450, disusul implementasi teks terhadap sikap sebesar 449. Perolehan skor terendah ada pada sub-indikator gambaran pembelajaran berbasis teks dengan perolehan skor 349. Diatasnya ada kesan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dengan perolehan skor 372, kemudian diatasnya lagi menyusun teks individu dengan skor 378.

Persepsi Guru
Hasil persepsi guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dapat dilihat pada tabel berikut.

SMPN 3 Malang
Indikator
Sub-Indikator
Skor
Kategori
Jumlah Skor
Kategori
Penyerapan
Gambaran Pembelajaran berbasis Teks
15
Tinggi
45
Tinggi
Tanggapan Pembelajaran Berbasis Teks
16
Tinggi
Kesan Terhadap Pembelajaran Berbasis Teks
14
Tinggi
Pemahaman
Membangun Konteks
15
Tinggi
30
Tinggi
Membangun Pemodelan
15
Tinggi
Penilaian
Implementasi Teks Terhadap Sikap
19
Tinggi
49
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Pengetahuan
15
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Keterampilan
15
Tinggi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semua indikator dan sub-indikator guru SMPN 3 Malnag masuk kategori Tinggi dengan perolehan skor cukup tinggi pula. Skor sub-indikator paling tinggi terdapat pada implementasi teks terhadap siswa dengan perolehan skor 19, mendekati skor maksimal 20. Skor “terendah” terdapat pada sub-indikator kesan terhadap pembelajaran berbasis teks dengan perolehan skor 14.
SMAN 3 Malang
Indikator
Sub-Indikator
Skor
Kategori
Jumlah Skor
Kategori
Penyerapan
Gambaran Pembelajaran berbasis Teks
14
Tinggi
42
Tinggi
Tanggapan Pembelajaran Berbasis Teks
14
Tinggi
Kesan Terhadap Pembelajaran Berbasis Teks
14
Tinggi
Pemahaman
Membangun Konteks
15
Tinggi
30
Tinggi
Membangun Pemodelan
15
Tinggi
Penilaian
Implementasi Teks Terhadap Sikap
14
Tinggi
39
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Pengetahuan
11
Rendah
Implementasi Teks Terhadap Keterampilan
14
Tinggi
Persepsi guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis tek dapat diketahui dari tabel di atas. Semua indikator masuk kategori tinggi. Sub-indikator juga masuk kategori tinggi kecuali sub-indikator implementasi teks terhadap pengetahuan yang mendapat perolehan skor 11. Artinya, guru di SMAN 3 Malang tidak mendapat masalah terhadap penyerapan, pemahaman, maupun penilaian. Hanya pada implementasi teks terhadap pengetahuan yang dirasa kurang oleh guru SMAN 3 Malang.
SMK 7 PGRI Malang
Indikator
Sub-Indikator
Skor
Kategori
Jumlah Skor
Kategori
Penyerapan
Gambaran Pembelajaran berbasis Teks
36
Rendah
113
Rendah
Tanggapan Pembelajaran Berbasis Teks
41
Tinggi
Kesan Terhadap Pembelajaran Berbasis Teks
36
Rendah
Pemahaman
Membangun Konteks
37
Rendah
75
Rendah
Membangun Pemodelan
38
Tinggi
Penilaian
Implementasi Teks Terhadap Sikap
41
Tinggi
120
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Pengetahuan
39
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Keterampilan
40
Tinggi
Hasil agak berbeda terlihat pada tabel SMK PGRI 7 Malang. Guru masih menemui kendala di gambaran pembelajaran berbasis teks, terbukti dengan perolehan skor 36 (kategori rendah). Begitu juga dengan sub-indikator kesan terhadap pembelajaran berbasis teks, perolehan skor guru 36 masuk kategori rendah. Pada sub-indikator membangun konteks juga terdapat kendala, perolehan skor guru 37 masuk kategori rendah. Selain ketiga sub-indikator tersebut, lainnya masuk kategori tinggi. Perolehan skor tertinggi pada sub-indikator tanggapan terhadap pembelajaran berbasis teks dan implementasi teks terhadap sikap dengan peolehan skor 41. Secara umum, persepsi guru pada indikator penyerapan masuk kategori rendah dengan skor 113, pemahaman masuk kategori rendah dengan skor 75, dan penilaian masuk kategori tinggi dengan perolehan skor 120.
Keseluruhan
Indikator
Sub-Indikator
Skor
Kategori
Jumlah Skor
Kategori
Penyerapan
Gambaran Pembelajaran berbasis Teks
65
Tinggi
200
Tinggi
Tanggapan Pembelajaran Berbasis Teks
71
Tinggi
Kesan Terhadap Pembelajaran Berbasis Teks
64
Tinggi
Pemahaman
Membangun Konteks
67
Tinggi
135
Tinggi
Membangun Pemodelan
68
Tinggi
Penilaian
Implementasi Teks Terhadap Sikap
74
Tinggi
208
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Pengetahuan
65
Tinggi
Implementasi Teks Terhadap Keterampilan
69
Tinggi
Akumulasi persepsi guru dari ketiga sekolah di atas (SMPN 3 Malang, SMAN 3 Malang, dan SMK 7 PGRI Malang) adalah semua indikator maupun sub-indikator masuk kategori tinggi. Skor tertinggi untuk sub-indikator adalah implementasi teks terhadap teks dengan perolehan skor 74. Skor terendah terdapat pada sub-indikator kesan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Perolehan skor yang semuanya masuk kategori tinggi merupakan indikasi persepsi positif guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada Kurikulum 2013.

PEMBAHASAN
Penyerapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks
Persepsi siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesi berbasis teks akan diuraikan berdasarkan temuan di SMPN 3 Malang, SMAN 3 Malang, dan SMK 7 PGRI Malang. Pada sub-indikator gambaran tentang pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 masuk kategori rendah, sedangkan siswa SMK 7 PGRI Malang masuk kategori tinggi. Hal ini mempunyai makna bahwa siswa SMP dan SMA mempunyai kesulitan pada gambaran pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, terutama siswa di SMAN 3 Malang yang mendapat skor terendah. Hal tersebut normal karena materi teks yang masih baru sehingga membutuhkan proses untuk adaptasi. Berbeda dengan siswa SMP dan SMA, gambaran terhadap pebelajaran siswa SMK masuk kategori tinggi. Hal tersebut mengindikasikan siswa SMK mempunyai gambaran pembelajaran berbasis teks lebih baik.
Hal berbeda terlihat pada gambaran pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks guru. Guru di SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang masuk kategori tinggi, sedangkan guru di SMK 7 PGRI Malang masuk kategori rendah. Hasil tersebut mengindikasikan guru di SMP dan SMA tersebut mempunyai gambaran pembelajaran berbasis teks lebih baik daripada guru SMKN 7 PGRI.
Pada sub-indikator tanggapan terhadap pembelajaran berbasis teks, siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang mempunyai tanggapan negatif dengan skor yang masuk kategori rendah. Artinya, tanggapan siswa SMP dan SMA tersebut terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks cenderung negatif. Berbeda dengan siswa di SMK 7 PGRI yang perolehan skornya masuk kategori tinggi. Tanggapan siswa SMK 7 PGRI terhadap pembelajaran berbasis teks cenderung positif, terbukti dengn perolehan skor yang cukup tinggi.
Tanggapan guru di ketiga sekolah tersebut semuanya positif. Perolehan skor guru pada ketiga sekolah tersebut masuk kategori tinggi. Tanggapan positif guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks merupakan indikator positif. Dengan tanggapan positif diharapkan guru membawa semangat positif terhadap pembelajaran, selanjutnya semangat tersebut diharapkan menurun pada siswa.
Kesan siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks masuk kategori rendah. Artinya, kesan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia pada kedua sekolah tersebut cenderung negatif. Namun, kesan siswa di SMK 7 PGRI Malang terhadap pembelajaran berbasis teks cenderung positif. Terbukti dengan prolehan skor yang masuk kategori tinggi. Siswa SMK 7 PGRI mempunyai kesan pembelajaran berbasis teks yang lebih baik daripada SMPN 3 malang dan SMAN 3 Malang.
Hal berbeda terjadi pada kesan guru. Guru di SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang mempunyai kesan yang positif terhadap pembelajaran  berbasis teks. Terbukti dengan perolehan skor yang masu kategori tinggi. Hal sebaliknya terjadi pada guru di SMK 7 PGRI Malang yang mempunyai kesan cenderung negatif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Guru di SMK mempunyai kesan berbeda dengan siswanya yang mempunyai kesan yang baik terhadap pembelajaran berbasis teks.
Namun secara keseluruhan, persepsi siswa terhadap pembelajaran bahasa indonesia berbasis teks dengan indikator penyerapan sudah tinggi. Begitu juga dengan persepsi guru indikator penyerapan juga sudah tinggi.

Pemahaman Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks
Pemahaman siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dibagi menjadi dua sub-indikator, yakni menyusun teks berkelompok dan menyusun teks individu. Pemahaman guru juga dibagi menjadi dua sub-indikator, yakni membangun konteks dan membangun pemodelan.
Sub-indikator menyusun teks berkelompok pada ketiga sekolah menduduki kategori tinggi. Bahkan, skor perolehan sub-indikator ini paling tinggi diantara sub indikator yng lain. Di antara ketiga sekolah tersebut, perolehan skor paling tinggi pada siswa SMK 7 PGRI dengan perolehan skor 156. Hal ini indikasi bahwa siswa sangat terbantu dengan kegiatan menyusun teks berkelompok untuk memahami kegiatan pembelajaran berbasis teks.
Berbeda dengan sub-indikator menyusun teks individu. Pada siswa SMPN 3 Malang terdapat kesulitan pada kegiatan menyusun teks individu. Hal ini terlihat dari perolehan skor siswa SMPN 3 Malang yang masuk kategori rendah. Siswa SMAN 3 Malang dan SMK PGRI 7 Malang perolehan skornya sudah tinggi. Artinya siswa SMA dan SMK tidak menemui kendala berarti ada kegiatan menyusun teks secara individu. Berbeda dengan siswa SMP yang membutuhkan bimbingan lebih untuk kegiatan menyusun teks secara individu.
Pemahaman guru dengan sub-indikator membangun konteks sudah baik pada guru di SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang. Guru tidak menemui kendala berarti pada kegiatan membangun konteks. Hal ini terbukti dengan perolehan skor yang masuk kategori tinggi. Berbeda dengan guru di SMK 7 PGRI Malang yang masih menemui kesulitan membangun konteks karena skor perolehannya masuk kategori rendah.
Pada sub-indikator membangun pemodelan, guru pada ketiga sekolah tersebut sudah baik dengan perolehan skor masuk kategori tinggi. Hal tersebut indikasi bahwa guru tidak menemui kendala berarti pada kegiatan membangun pemodelan kurikulum 2013.
Akumulasi dari pemahaman siswa dan guru di SMPN 3 Malang, SMAN 3 Malang dan SMK 7 PGRI Malang masuk kategori tinggi. Pemahaman siswa dan guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks sudah baik. Tentunya dengan beberapa catatan. Guru harusnya lebih mengoptimalkan kegiatan berkelompok untuk membantu siswa memahami pembelajaran. Perlu peran lebih guru untuk mendampingi siswa SMP dalam menyusun teks individu. Selain itu, guru juga perlu mengupgrade diri supaya tidak menemui kendala dalam membangun konteks, khususnya pada guru SMK.

Penilaian Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks
Penilaian siswa dan guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dibagi menjadi tiga sub-indikator, yakni implementasi teks terhadap sikap, implementasi teks terhadap pengetahuan, dan implementasi teks terhadap keterampilan. Siswa ketiga sekolah tersebut sepakat bahwa teks yang diajarkan berpengaruh terhadap sikap mereka. Terbukti dengan perolehan skor sub-indikator implementasi teks terhadap sikap masuk kategori tinggi dengan perolehan skor cukup tinggi. Guru ketiga sekolah ini pun sepakat bahwa teks yang diajarkan berkontribusi terhadap sikap siswa, baik spiritual maupun sosial. Perolehan skor semua guru pada masing-masing sekolah masuk kategori tinggi.
Teks yang diajarkan kurang berkontribusi terhadap pengetahuan siswa menurut siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang. Hal ini terbukti dengan perolehan skor siswa kedua sekolah tersebut masuk kateori rendah. Namun menurut siswa SMK PGRI 7 Malang materi teks yang diajarkan berkontribusi terhadap pembelajaran pengetahuan mereka. Terbukti dengan perolehan skor mereka yang masuk kategori tinggi. Hal tersebut mengindikasikan materi teks yang diajarkan lebih berkontribusi terhadap pengetahuan pada siswa SMK daripada siswa SMP dan SMA.
Menurut sudut pandang guru, teks yang diajarkan berkontribusi pada pengetahuan siswa, setidaknya menurut guru di SMPN 3 Malang dan SMK 7 PGRI. Perolehan skor mereka yang masuk kategori tinggi membuktikannya. Akan tetapi menurut guru SMAN 3 Malang, teks yang diajarkan kurang berkontribusi terhadap pengetahuan siswa. Perolehan skor guru SMAN 3 Malang masuk kategori rendah.
Menurut siswa SMAN 3 Malang dan SMK 7 PGRI Malang, teks yang diajarkan berkontribusi terhadap keterampilan mereka. Terbukti denga perolehan skor yang msauk kategori tinggi. Berbeda menurut siswa SMPN 3 Malang, teks yang diajarkan kurang berkontribusi terhadap keterampilan mereka. Fenomena yang wajar karena siswa SMP masih belum bisa sepenuhnya mengaitkan teks teks terhadap keterampilan mereka. Di sinilah peran guru diperlukan untuk membimbing siswa meningkatkan keterampilannya dari teks yang diajarkan.
Teks yang diajarkan cukup berkontribusi terhadap keterampilan siswa menurut pandangan guru pada ketiga sekolah tersebut. Semua guru pada ketiga sekolah sepakat bahwa teks yang mereka ajarkan membuat keterampilan siswa meningkat. Perolehan skor masing-masing sekolah masuk kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan penilaian siswa maupun guru terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks positif, dibuktikan dengan perolehan skor yang masuk kategori tinggi.
Akumulasi dari keseluruhan perolehan skor semua indikator adalah siswa mempunyai penyerapan, pemahaman, dan penilaian yang baik (positif) terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Guru juga mempunyai penyerapan, pemahaman, dan penilaian yang bagus terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks adalah positif (baik).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penyerapan guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013 baik (positif) dengan berbagai catatan. Penyerapan siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang rendah serta penyerapan guru SMK 7 PGRI Malang rendah, bahkan ketiga sub-indikator pada indikator pemahaman masuk kategori rendah. Pemahaman guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013 baik (positif) dengan catatan masih terdapat masalah pada sub-indikator menyusun teks individu siswa SMP dan sub-indikator kegiatan membangun konteks pada guru.
Penilaian guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013 baik (positif) dengan catatan sub-indikator implementasi teks terhadap pengetahuan masih terdaat masalah. Jadi secara umum, persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013 baik (positif). Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran tentu masih ada namun masih dalam taraf yang ditoleransi.

Saran
Materi teks meupakan sesuatu yang baru bagi siswa sehingga wajar apabila masih terdapat permasalahan-permasalahan di proses penyerapan. Guru seharusnya mempunyai energi motivasi dan semangat lebih sehingga energi tersebut sampai pada siswa yang pada akhirnya akan mempercepat adaptasi terhadap pembelajaran berbasis teks.
Pada proses pemahaman siswa sangat terbantu dengan kegiatan menyusun teks berkelompok. Guru akan lebih baik apabila apabila memaksimalkan tahap ini sehingga siswa terbantu memahami pembelajaran. Selain itu guru juga perlu membimbing lebih siswa SMP dalam kegiatan menyusun teks secara individu karena siswa SMP masih menemui kesulitan pada proses menyusun teks individu.
Teks yang diajarkan sudah baik, namun akan lebih baik lagi apabila guru mencari teks yang lebih berkontribusi pada pengetahuan siswa SMP dan SMA.



Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bernhardt, Victoria L. 2012. Assessing Perceptions Using Education for the Future Questionnaires dalam http://eff.csuchico.edu diunduh pada 1 Desember 2014.
Lie, Anita. 2012. Menyambut Kurikulum 2013. Kompas. http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/05/13070730/Menyambut.Kurikulum.2013. (online). Diakses pada 1 Desember 2014.
Mahsun. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Pendekatan Teks. Kompas Edu. 27 Februari 2013. http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/26/21303951/Pembelajaran.Bahasa.Indonesia.Menggunakan.Pendekatan.Teks. (online) Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Maryanto, dkk. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akedemik Kelas X. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Priyatni, Endah Tri. 2014. Landasan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: UM.
Salinan Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.
Sufanti, Main. ____. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks: Belajar Dari Ohio Amerika Serikat. Jurnal. Surakarta: FKIP UMM.
Slameto. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar